Malaria masih menjadi salah satu penyakit yang sulit ditangani dan banyak menyebabkan kematian. Kini peneliti menggunakan jamur rekayasa genetik untuk mengendalikan penyebaran dari malaria.
Para ilmuwan dari Inggris dan Amerika Serikat melakukan rekayasa genetik dari jamur Metarhizium anisopliae. Peneliti menemukan bahwa dalam kombinasi tertentu jamur transgenik ini memiliki kemampuan untuk menghentikan perkembangan parasit penyebab malaria di dalam nyamuk.
Dalam jurnal Science, peneliti mengungkapkan cara ini menjadi pendekatan yang ramah lingkungan dalam memerangi malaria, serta bisa juga digunakan untuk mengendalikan penyakit akibat serangga seperti demam berdarah atau penyakit Lyme.
“Meskipun disini digunakan untuk memerangi malaria, pendekatan jamur transgenik ini menjadi salah satu cara yang sangat fleksibel dalam pengendalian semua antrophoda pembawa penyakit,” ujar Raymond St Leger, profesor entomologi dari University of Maryland, seperti dikutip dari Reuters, Senin (28/2/2011).
Dalam studi ini diketahui parasit malaria hanya ditemukan sebesar 25 persen dalam kelenjar ludah nyamuk yang disemprot dengan jamur transgenik, sedangkan nyamuk yang disemportkan dengan jamur tanpa modifikasi didapatkan 87 persen parasit malaria dan yang tidak disemprot sama sekali diketahui mengandung 94 persen parasit malaria.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyemprotan terhadap nyamuk malaria dengan jamur yang sudah direkayasa genetik secara drastis bisa mengurangi penularan penyakit ini kepada manusia dan memberikan biopestisida yang efektif untuk beberapa dekade.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuturkan infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria ada sekitar 240 juta kasus di seluruh dunia setiap tahunnya dan menyebabkan kematian lebih dari 850.000 orang yang kebanyakan adalah anak-anak. Sebagian besar kasus malaria terjadi di negara sub-Sahara Afrika, tapi penyakit ini mempengaruhi sekitar 100 negara di dunia.
Menggunakan kelambu atau membasmi insektisida merupakan salah satu strategi pencegahan malaria yang utama, tapi nyamuk ini bisa mengembangkan resistensi terhadap pestisida sehingga membuat cara ini tidak efektif.
“Hewan nyamuk memiliki kemampuan yang luar biasa untuk berkembang dan beradaptasi, sehingga tidak ada penanganan yang permanen dan selalu membutuhkan inovasi baru,” ujar St Leger.
0 comments:
Post a Comment