Tanaman jeruk sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan di negara-negara tropis Asia lainnya. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya.
Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik. Di Eropa, umumnya hanya dikenal jeruk “Citroen” yaitu pada tahun ± 300 SM. Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M. Sedangkan jeruk manis dan jeruk keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di negara China. Jeruk manis yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis jeruk lainnya. Bukti lain yaitu dengan ditemukannya biji-biji jeruk oleh V. Frimmel, yang ternyata biji jeruk Citroen, sudah ada sejak ± 400 SM. Setelah diselidiki ternyata biji jeruk citroen ini dibawa oleh orang-orang Mesir pada zaman Firaun dari daerah Asia dan kepulauan di sekitarnya. Untuk jenis jeruk “Sour Orange” dan lemon (nipis) baru dikenal di Eropa sesudah jeruk citroen. Kedua jenis jeruk ini tersebar ke seluruh Eropa Selatan pada waktu berkembangnya agama Islam dari Afrika Utara terus ke Spanyol. Jenis jeruk manis baru dikenal orang Eropa sesudah jeruk manis ini lama diusahakan oleh bangsa India dan mereka berjasa dalam usaha penyebarannya ke benua Amerika yang sekarang mempunyai “Citroen Industri” yang sangat terkenal.
Di indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah peninggalan dari zaman penjajahahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara man asalnya. Terutama jenis jeruk Siam, jeruk Garut dan jeruk Batu. Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari negara China maupun India, Birma, dan vietnam. Sedangkan untuk jenis jeruk Grape Fruit dan Van Quick, manis besar, jeruk Pacitan dikatakan asli dari Pulau Jawa. Pernyataan ini besar sekali kemungkinannya bahwa sebelum Belanda berusaha untuk memperbanyak jenis jeruk di Indonesia, jenis-jenis tersebut di atas sudah ada.
Buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Kandungan vitamin C sangat beragam antarvarietas, tetapi berkisar antara 27-49 mg/100 g daging buah.
Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 ml, tergantung pada jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungan vitamin C-nya, tetapi semakin manis rasanya.
Vitamin C terdapat pada sari buah, daging, dan kulit. Seperempat bagian dari total kandungan vitamin C buah jeruk terdapat di dalam sari buahnya. Betakaroten (provitamin A), yang membentuk vitamin A banyak terdapat di dalam kulit dan sari buah jeruk.
Vitamin C berperan dalam proses penyerapan zat besi nonorganik (zat besi dan makanan nonhewani) sehingga dapat mencegah dan membantu penyembuhan anemia (lesu darah). Vitamin C juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat aktivitas molekul radikal bebas.
Dalam tubuh, molekul radikal bebas mengoksidasi protein, asam lemak, dan DNA. Kerusakan akibat radikal bebas berimplikasi pada timbulnya sejumlah penyakit, termasuk kanker, kardiovaskular, dan katarak.
Secara signifikan, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan vitamin C yang tinggi dari makanan, termasuk dari jeruk, dapat mencegah kenaikan LDL teroksidasi. Kadar LDL teroksidasi tinggi merupakan faktor utama berkembangnya penyakit jantung.
Beberapa penelitian epidemiologi memang telah memperlihatkan hubungan signifikan antara asupan vitamin C dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Vitamin C dalam buah-buahan, termasuk jeruk, secara ilmiah telah terbukti mampu melindungi tubuh terhadap serangan kanker. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi buah-buahan (salah satunya jeruk) dan sayuran yang tinggi, memiliki efek perlindungan terhadap kanker yang lebih baik dibandingkan dengan konsumsi vitamin C dalam bentuk tablet atau suplemen lainnya.
Karena oksidasi lensa mata memainkan peran penting pada pembentukan penyakit katarak, peran antioksidan (termasuk vitamin C) menjadi penting. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa individu dengan konsentrasi vitamin C dan karotenoid dalam darah yang tinggi, memiliki risiko terkena katarak lebih rendah.
Jeruk sebagai sumber vitamin C juga diduga memberikan efek pencegahan dan penyembuhan terhadap penyakit seperti pengeroposan tulang (osteoporosis), batu ginjal, gangguan fungsi kognitif, dan asma.
Selain sebagai sumber vitamin C jeruk juga merupakan sumber asam folat yang potensial. Satu buah jeruk dapat memenuhi 20 persen dari kebutuhan folat sehari-hari. Tingkat konsumsi makanan dengan kandungan folat tinggi, seperti jeruk segar atau dalam bentuk jus, akan meningkatkan kadar folat.
Peningkatan kadar folat akan menurunkan kadar homosistein, yang merupakan racun bagi dinding pembuluh darah. Dengan menurunnya kadar homosistein, risiko penyakit kardiovaskular juga berkurang.
PALING IDEAL DALAM BENTUK JUS
Komposisi gizi jeruk manis per 100 gram adalah: energi 45 kkal; protein 0,9 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 11,2 g; fosfor 23 mg; kalsium 33 mg; besi 0,4 mg; vitamin A 190 IU; vitamin B1 0,08 mg, vitamin C 49 mg, serta air 87,2 g
Kandungan air buah jeruk tergantung pada lokasi penanamannya, sinar matahari, temperatur, kelembaban, dan lain- lain. Tanaman jeruk yang ditanam di daerah yang cukup air, daging buah dan kulitnya akan lebih banyak mengandung air dan mineral dibandingkan dengan yang ditanam di daerah kering.
Karbohidrat dalam jeruk merupakan karbohidrat sederhana, yaitu fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Dengan meningkatnya umur buah, kandungan gulanya bertambah, tetapi kandungan asamnya berkurang. Buah jeruk manis yang langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak, demikian juga kandungan vitamin C nya.
Karbohidrat kompleksnya berupa polisakarida nonpati (secara umum dikenal sebagai serat pangan) yang baik untuk kesehatan. Serat pangan (dietary fiber) di dalam tubuh akan mengikat zat gizi pada suatu gel matriks, sehingga dapat memperlambat proses pengosongan lambung serta proses pencernaan dan penyerapan. Keadaan itu akan memperpanjang rasa kenyang dan menurunkan laju penyerapan glukosa, sehingga dapat membantu mencegah lonjakan kadar gula darah.
Kandungan asam sitrat cukup banyak pada buah yang masih muda, tetapi akan berkurang setelah buah masak. Kandungan asam sitrat jeruk manis valencia yang telah masak akan berkurang sampai dua pertiga bagian. Cairan buah jeruk manis mengandung asam malat 1,4-1,8 mg per liter.
Produk olahan jeruk yang paling ideal adalah dalam bentuk jus. Hal tersebut sangat didukung oleh kandungan air yang tinggi (70-92 persen), serta diimbangi oleh banyaknya kandungan vitamin, mineral, serat, gula, asam organik dan senyawa fitokimia Dalam bentuk jus, aneka macam jeruk (termasuk jeruk impor) dapat dinikmati setiap saat, tanpa mengenal musim.
0 comments:
Post a Comment