TEMPO.CO, Yogyakarta
- Tak ada gemuruh suara pesawat jatuh yang didengar warga di kawasan
Nitiprayan, Bantul Yogyakarta. Tak ada pula suara raungan sirine mobil
ambulan, tak ada rombongan polisi militer. Tapi di hamparan sawah tampak
tubuh pesawat bewarna hijau mirip pesawat militer sepanjang 20 meter
terpotong menjadi tiga bagian. Pada tubuh pesawat itu ada logo bendera
Amerika dan nomor seri 295749.
Perupa alumnus Institut Seni Yogyakarta 1987 mengatakan karya pesawat jatuh berjudul 'Over Weight' itu merupakan karya susulan yang dipasang Ahad dini hari 23 Desember 2012 untuk melengkapi pameran bertajuk 'Panen Terakhir' yang telah digelar Komunitas Garda Matra sejak akhir September hingga 31 Desember mendatang. »Saya sengaja pasang pagi-pagi sebelum jalan ramai orang, buat surprise,” kata Budi. Pameran ini dikurasi oleh sineas Garin Nugroho.
Untuk membuat badan pesawat mendekati skala aslinya, Budi sejak dua bulan lalu mulai berburu lembaran limbah alumnium di sejumlah percetakan di Yogyakarta untuk didaur ulang. Dia berhasil memperoleh sekitar 40 kilogram lembar alumunium bekas paperplate yang dia beli murah Rp 16 ribu perkilogram. Lembara aluminium itu dia satukan dengan teknik las dan akhirnya membentuk badan pesawat. »Saya membuat pesawat itu dibantu enam orang, dengan waktu sekitar 1,5 bulan penuh,” kata Budi.
Sebagai karya bercorak site specific installation Budi menempatkan pesawat itu di areal persawahan yang mendekati masa panen berukuran 25x9 meter dengan menyewa pada petani Rp 800 ribu hingga akhir tahun ini. »Ada juga warga yang mbesengut mukanya pas pesawat di pasang,” kata Budi tertawa. Sebaliknya malah ada yang antusias sawahnya diacak-acak untuk ajang pameran seni rupa.
Di kawasan itu kini ada 25 karya seni instalasi berukuran raksasa yang tersebar di tengah lahan persawahan. Ada karya berbentuk bongkahan otak berwarna merah, sosok bayi termenung, sampai dewi Athena.
0 comments:
Post a Comment