Wednesday, November 16, 2011

Penggolongan Darah

darah pertama kali ditemukan oleh Ilmuwan Austria yaitu  Karl Landsteiner
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.


Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
  • Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
  • Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
  • Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
  • Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif. 

                Penggolongan darah pada manusia ditentukan juga melalui proses pewarisan sifat (hereditas). Ada tiga sistem penggolongan darah pada manusia, yaitu sistem ABO, MN, dan Rhesus (Rh).
a. Sistem ABO
Untuk memahami sistem penggolongan darah ABO, perhatikan tabel fenotip dan genotip golongan darah sistem ABO berikut ini.


 

    Contoh perkawinan dalam pewarisan golongan darah sistem ABO:


    b. Sistem MN
    Untuk memahami sistem penggolongan darah MN, perhatikan tabel fenotip dan genotip golongan darah sistem MN berikut ini.

    Contoh perkawinan dalam pewarisan golongan darah sistem MN misalnya adalah perkawinan antara golongan darah N dan MN. Untuk lebih jelasnya, simak uraian berikut.

    c. Sistem Rhesus
    Untuk memahami sistem penggolongan darah rhesus, perhatikan tabel fenotip dan genotip golongan darah sistem rhesus berikut ini.


    Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
    Ibu Ayah
    O A B AB
    O O O, A O, B A, B
    A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
    B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
    AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

     
    Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

    Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
     
     
    Tabel kecocokan RBC
    Golongan darah resipien Donor
    O− O+ A− A+ B− B+ AB− AB+
    O− YaY TidakT TidakT TidakT TidakT TidakT TidakT TidakT
    O+ YaY YaY TidakT TidakT TidakT TidakT TidakT TidakT
    A− YaY TidakT YaY TidakT TidakT TidakT TidakT TidakT
    A+ YaY YaY YaY YaY TidakT TidakT TidakT TidakT
    B− YaY TidakT TidakT TidakT YaY TidakT TidakT TidakT
    B+ YaY YaY TidakT TidakT YaY YaY TidakT TidakT
    AB− YaY TidakT YaY TidakT YaY TidakT YaY TidakT
    AB+ YaY YaY YaY YaY YaY YaY YaY YaY
     
     
     
    Tabel kecocokan plasma
    Resipien Donor
    O A B AB
    O YaY YaY YaY YaY
    A TidakT YaY TidakT YaY
    B TidakT TidakT YaY YaY
    AB TidakT TidakT TidakT Ya
     





    Sistem ABO

    Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
    Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
    Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.

    Dalam sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:
    Golongan
    Sel Darah Merah
    Plasma
    A
    Antigen A
    Antibodi A
    B
    Antigen B
    Antibodi B
    AB
    Antigen A & B
    Tidak ada antibodi
    O
    Tidak ada antigen
    Antibodi Anti A & Anti B
    Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.

    Tabel distribusi golongan darah
    Populasi
    O
    A
    B
    AB
    Suku pribumi Amerika Selatan
    100%
    -
    -
    -
    Orang Vietnam
    45.0%
    21.4%
    29.1%
    4.5%
    Suku Aborigin di Australia
    44.4%
    55.6%
    -
    -
    Orang Jerman
    42.8%
    41.9%
    11.0%
    4.2%
    Suku Bengalis
    22.0%
    24.0%
    38.2%
    15.7%
    Suku Saami
    18.2%
    54.6%
    4.8%
    12.4%














    Rhesus Faktor
    Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan Cina.
    Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D).
    Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+).


    Penting Untuk Transfusi
    Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.
    Singkatnya berdasarkan panduan dari apa yang telah dilakukan oleh Landsteiner, pada 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr. Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York.
    Berkat keahlian Landsteiner pula banyak nyawa dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi darah dalam skala lebih besar mulai dilakukan. Kemudian, Karl Landsteiner memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
    Dalam transfusi darah, kecocokan antara darah donor (penyumbang) dan resipien (penerima) adalah sangat penting. Darah donor dan resipien harus sesuai golongannya berdasarkan sistem ABO dan Rhesus faktor.
    Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari eritrosit.
    Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang. Sistem pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif termasuk minoritas.

    Tabel kecocokan golongan darah

    Gol Darah Resipien
    Donor harus
    AB+
    Golongan darah mana pun
    AB-
    O-
    A-
    B-
    AB-
    A+
    O-
    O+
    A-
    A+
    A-
    O-
    A+
    B+
    O-
    O+
    B-
    B+
    B-
    O-
    B-
    O+
    O-
    O+
    O-
    O-

    Tabel kecocokan plasma

    Donor
    Resipien harus
    AB
    AB manapun
    A
    A atau AB manapun
    B
    B atau AB manapun
    O
    O, A, B atau AB manapun









    0 comments:

    Post a Comment