1.
Jenis-jenis Kontrasepsi
a. Metode
Sederhana
1) Kondom
adalah selubung sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan seperti lateks
(karet), plasuc (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) dipasang pada penis
pada saat berhubungan seksual.
2) Diafragma
adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari lateks (karet) yang diinefsikan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara
kerjanya menghalangi sel mani masuk ke
dalam kanalis servikalis. Diafragma dipasang sebelum coitus dan dikeluarkan 6-8
jam setelah coitus selesai. (Saifuddin A B, 2003, hal MK, 20)
3) Spermisida
adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang
digunakan menjelang hubungan seks (Manuaba IBG, 2008 hal 230) cara kerjanya
melumpuhkan dan mematikan sperma atau sel mani, menutup mulut serviks.
(Hartanto H, 2004, Hal 88).
4) Koitus
terputus (senggama terputus) adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi (wiknjosastro H, 2007 Hal 535).
5) Pantangan
berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur isteri yaitu
sekitar terjadinya ovulasi, pantang berkala dikenal dua system yaitu :
a) Pantang
berkala dengan system kelender adalah cara keluarga berencana alamiah (KBA)
dimana hari subur ditaksirkan berdasarkan kumpulan catatan siklus haid dari
6-12 bulan terakhir. Untuk menentukan masa subur isteri dipatokan sebagai
berikut : (wiknjosastro H, 2007, Hal 906)
(1) Ovulasi
terjadi 12-16 hari sebelum haid akan dating.
(2) Sperma
dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi.
(3) Ovum
dapat hidup dalam 24 jam setelah ovulasi.
b) Sistem
mengukur suhu badan basal adalah tata cara KBA dimana senggama dihindari pada
masa subur yaitu dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda
adanya kesuburan yaitu keluarga lender encer dari liang vagina untuk
perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus
terpendek dikurangi 18 dan diantara kedua waktu dihindari (Saifuddin, 2006,
Hal, MK-8).
6) Metode
amenorea laktasi (MAL)
Metode amenorea laktasi adalah
kontrasepsi yang mengendalikan pemberian ASI, ketentuan pada penggunaan MAL
sebagai kontrasepsi yaitu sebagai berikut :
a) Bayi
menyusui penuh
b) Belum
haid
c) Umur
bayi kurang 6 bulan
d) Metode
ini mempunyai sifat efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan
pemakaian kontrasepsi lainnya (Saifuddin AB, Hal U-45).
b. Metode
Modern
1) Metode
Hormonal
a) Pil
KB
(1) Progesteron
Only Pil yang hanya mengandung progesterone atau pil mini.
(2) Pil
Kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi progesteron dan esterogen.
(3) Pil
Sequensial adalah pil yang mengadung komponen yang disesuaikan dengan system
hormonal tubuh yang mengandung progesteron dan esterogen.
(4) Pil
Exlutan adalah pil yang mengandung progesterone dan disiapkan untuk ibu yang
memberikan ASI.
b) Suntik
KB
(1) Depo
provera dan depo progestin mengandung medroxy progesterone asetat 150 mg.
(2) Cyclofem
yang mengandung medroxy progesterone asetat 50 mg dan komponen esterogen.
(3) Norigest
yang mengandung derivate tertosteron asetat 200 mg. (Manuaba, IBG, 2008 hal
233)
c) Implant
(1) Norplant
terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan 3,4 cm dengan 2,4 mm yang
diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
(2) Implano
terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter
2 mm yang diisi dengan keto desogestrel dan lama kerjanya 2 tahun.
(3) Jedena
dan indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
2) AKDR/IUD
(Intra Uteri Devices)
AKDR adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim untuk menghambat masuknya spermatozoa, cara kerjanya
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi (Saifuddin A.B 2006,
Hal MK-52-53).
c. Metode
Mantap ( Saifuddin AB, 2008)
1) Tubektomi
adalah prosedur bedah suka rela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seorang perempuan secara permanen. Dengan mengoklusi tuba fallopi mengikat dan
memotong atau memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2) Vasektomi
adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas produksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa diferensial sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
2.
Ciri kontrasepsi yang ideal
Kontrasepsi
yang ideal harus mengikuti syarat-syarat sebagai berikut :
a. Dapat
dipercaya
b. Tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
c. Tidak
menimbulkan gangguan sewaktu coitus
d. Tidak
memerlukan motivasi terus menerus
e. Mudah
pelaksanaanya, dan murah harganya
f. Dapat
diterima penggunanya oleh pasangan yang bersangkutan (BKKBN online update 12
mei 2010)
0 comments:
Post a Comment